liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Tak Cuma Menteri Jokowi, Bos Startup Ikut Jawab Kritik Anies

Jakarta, CNBC Indonesia – Anies Baswedan mengecam kebijakan dan program kendaraan listrik yang digencarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bahkan, menggelontorkan berbagai insentif dan subsidi.

Menurut Anies, subsidi tersebut tidak tepat sasaran dan emisi yang dihasilkan mobil listrik justru lebih tinggi dibandingkan bus yang menggunakan bahan bakar minyak.

Alhasil, kritik Anies mendapat ‘tentangan’ dari para menteri Jokowi dan memaparkan manfaat yang bisa dinikmati RI dengan mengembangkan ekosistem kendaraan listrik.

IKLAN

GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN

Bukan hanya anak buah Jokowi. Kritikan Anies itu pun menarik perhatian bos Breath, sebuah perusahaan rintisan yang berfokus pada polusi udara.

Co-Founder Nafas, Piotr Jakubowski membeberkan data lengkap polusi udara di RI dan dampak elektrifikasi kendaraan bermotor.

Melalui akun Twitternya, Jakubowski mengaku harus menyampaikan pendapatnya menanggapi kritik Anies terhadap mobil listrik.

Ia memaparkan data untuk menjawab tiga pertanyaan yang muncul dari wacana Anies.

Pertama, kontribusi kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar dan listrik terhadap polusi udara berdasarkan data yang dihimpun oleh Breath.

“Bernafas hari ini, [punya] data waktu nyata [dari] 180+ sensor di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Bali, dan kota lainnya,” ujarnya seperti dikutip dari akun Twitternya, Sabtu (20/5/2023).

Kepala Dinas Pertumbuhan Pernapasan itu kemudian menjelaskan bahwa salah satu jenis pencemaran udara yang paling berbahaya di Indonesia adalah Partikel 2.5 atau PM2.5.

PM2.5 berbahaya karena ukuran “debu” sangat kecil sehingga bisa masuk ke paru-paru. Laporan Air Quality Life Index 2021 bahkan menyebutkan bahwa polusi udara telah menurunkan angka harapan hidup di Indonesia hingga 7 tahun.

“Segala sesuatu yang bisa terbakar dan berasap menghasilkan polusi PM2.5,” katanya.

Sumber pencemaran udara di Indonesia tidak terbatas pada pembangkit listrik, pabrik industri berat, alat transportasi, bahkan pembakaran sampah di pemukiman. Karena strukturnya berupa partikel, jelasnya, sangat mahal dan sulit ditentukan penyebab sebenarnya dari pencemaran udara.

Jadi, tambahnya, satu-satunya cara untuk mengurangi polusi udara adalah dengan mengurangi segala aktivitas yang menghasilkan polusi udara.

Kemudian, Jakubowski melanjutkan ke pertanyaan kedua yaitu “apakah pernyataan Anies benar?”

Pernyataan Anies yang ia soroti adalah, “Solusi menghadapi masalah lingkungan, apalagi masalah polusi udara, tidak terletak pada subsidi mobil listrik.”

Menurutnya, kendaraan listrik jelas memiliki emisi lebih rendah dibandingkan kendaraan bermesin busi, bahkan batu bara dianggap sebagai sumber pasokan energi.

Ia kemudian memaparkan hasil perbandingan emisi kendaraan listrik yang telah terjual di Indonesia dengan kendaraan berbahan bakar bensin, berdasarkan sumber pasokan listrik (batubara, gas dan kombinasi/CCGT).

Hyundai Ioniq, menurut perhitungannya, menghasilkan emisi 6-60 persen lebih rendah, Mercedes EQS memiliki emisi 27-70 persen lebih rendah, sedangkan sepeda motor Alva One memiliki emisi 51-80 persen lebih rendah.

“Dengan mengubah sumbernya menjadi lebih ramah lingkungan, otomatis mobil listrik juga menjadi lebih ramah lingkungan. Intinya tidak perlu upgrade lagi.”

Kemudian, dia membandingkan emisi kendaraan pribadi dan kendaraan umum di Jakarta berdasarkan angkanya. Menurut data Jakubowski, jumlah bus transjakarta sebanyak 5.843 bus dibandingkan 3,7 juta mobil dan 17 juta sepeda motor.

“Kontribusi emisi polusi udara dari mobil dan sepeda motor jauh lebih tinggi dibandingkan bus TransJakarta. Subsidi kendaraan listrik untuk kendaraan pribadi – sepeda motor dan mobil – dapat memberikan dampak yang lebih besar dalam mengurangi polusi udara dari sektor transportasi dibanding [subsidi] transportasi umum. Ini hanya permainan angka,” katanya.

Kemudian Jakubowski mencoba membahas mengapa pernyataan Anies menyesatkan, terutama kalimat, “Emisi karbon per kapita per kilometer mobil listrik justru lebih tinggi daripada bus berbahan bakar minyak.”

Menurutnya, perhitungan tiap penumpang tidak jelas.

“Untuk menjawab pertanyaan ‘kurangi polusi udara’, apakah lebih baik mensubsidi EV untuk kendaraan umum atau EV untuk kendaraan pribadi?”

“Jelas. Jumlah kendaraan pribadi jauh lebih banyak dan menyumbang polusi udara lebih banyak. Terbukti hampir semua daerah dekat kota besar terpapar polusi tinggi. Artinya, elektrifikasi kendaraan harus kita dorong secepatnya, ” pungkas Jakubowski.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Berikutnya

Dulunya Cleaning Service, Menjadi Founder Startup Senilai Rp 29 T

(dce/dce)