liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Seram! Diam-diam Ada 'Bom Waktu' Kasus Diabetes Anak di RI

Jakarta, CNBC Indonesia – Diabetes terbukti tidak hanya menyerang orang dewasa, tapi juga bisa menyerang anak-anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bahkan menyatakan bahwa tahun ini saja telah terjadi peningkatan kasus diabetes pada anak hingga 70 kali lipat dibandingkan tahun 2010.

Ketua IDAI Dr. Piprim Yanuarso mengatakan, ada dua jenis penyakit diabetes yang biasa diderita anak-anak. Yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2.

Dikatakannya, terjadi peningkatan kasus diabetes tipe 2 di kalangan anak-anak dan remaja. Walaupun jenis ini biasanya terjadi pada usia dewasa yaitu 40 tahun ke atas.

IKLAN

GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN

“Saat ini yang juga memprihatinkan adalah tren diabetes tipe 2 di kalangan remaja. Ini sudah tergambar lebih awal pada anak-anak. Jadi, sekarang banyak anak yang terkena diabetes tipe 2 yang hanya disebabkan oleh gaya hidup,” kata Piprim di Dinas Kesehatan. Sekretariat Dewan Dokter Umum Indonesia (IDI), Jakarta, Kamis (2/3/2023).

Menurutnya, sekitar 90 persen kasus diabetes pada anak adalah diabetes tipe 1. Rata-rata usia anak dengan diabetes tipe 1 adalah lima hingga 16 tahun.

Sementara itu, diabetes tipe 2 lebih banyak terjadi di kalangan remaja.

Lantas apa sebenarnya yang memicu meningkatnya kasus diabetes pada anak di Indonesia?

Piprim mengungkapkan pola makan anak-anak di Indonesia yang suka mengonsumsi makanan cepat saji (junk food) serta makanan dan minuman yang mengandung pemanis high fructose corn syrup (HFCS) seperti soft drink menjadi salah satu faktor utama terjadinya diabetes dan obesitas pada anak.

“Bisa menjadi obesitas. Obesitas kemudian bisa menjadi diabetes tipe 2. Anak diabetes tipe 2 70 persen obesitas, hanya 30 persen anak diabetes tipe 2 yang tidak obesitas,” kata Piprim.

“Jadi sekarang mudah untuk mengenali perbedaannya. Biasanya, anak tipe 1 itu kurus. Nah, anak diabetes tipe 2 itu gemuk dulu,” lanjutnya.

Data yang berbeda

Namun, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sebelumnya mengatakan masih ada perbedaan data antara IDAI dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) terkait kasus diabetes anak di Indonesia.

“Jumlah di IDAI dan BPJS berbeda. Jadi IDE [menyebutkan bahwa diabetes] sampai 70 kali untuk anak. [Sementara itu] Kita akan cek bahwa besaran BPJS tidak naik sebanyak itu, yakni 2 sampai 3 kali lipat,” kata Menkes dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI, Rabu (8/2/2023) lalu.

Menanggapi hal itu, kata Piprim, data diabetes pada anak di Indonesia tidak bisa disinkronkan.

Pasalnya, data IDAI diperoleh dari laporan anggota IDAI yang merupakan dokter spesialis anak yang menangani kasus diabetes anak. Sedangkan data Kemenkes dan BPJS diperoleh dari dokter umum dan fasilitas pelayanan kesehatan.

“Data yang kami kumpulkan di bawah perkiraan lho, kami mengumpulkan 1.645 anak penderita diabetes, di lapangan jauh lebih besar dari yang sebenarnya. Itu fenomena gunung es,” pungkas Piprim.

[Gambas:Video CNBC]

(des)