Jakarta, CNBC Indonesia – Selain dikenal sebagai sosok yang penuh ambisi, Elon Musk juga dikenal sebagai sosok yang skeptis. Ia sangat percaya bahwa teknologi akan membantu kehidupan manusia.
Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang berhasil dikembangkan oleh perusahaan diyakini dapat membantu manusia. Namun, di sisi lain ia juga takut dengan teknologi yang ia kembangkan.
Dalam beberapa forum, Musk mengatakan bahwa AI sebenarnya merupakan ancaman bagi manusia. Bisa jadi di masa depan manusia akan menjadi tidak berdaya dan kalah dengan teknologi.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Bahkan, Musk mengatakan AI yang tidak terkendali bisa menjadi akhir dari peradaban manusia.
Prediksi kekalahan ini sebenarnya diprediksi akan terjadi, kata salah satu cerita mitologi Yunani Kuno.
Talos, ‘Robot’ Jahat
Robot humanoid Optimus (Reuters TV)
Alkisah, di Yunani Kuno, sekitar abad ke-5 SM, ada dewa api bernama Hephaestus. Karena diberi keuntungan ‘membungkuk’ api, Hephaestus juga ahli dalam pengerjaan logam dan metalurgi. Ia mampu melebur besi dan mengubahnya menjadi berbagai jenis teknologi. Berkat keahliannya ini dia juga disebut ‘dewa teknologi’.
Robot dan kecerdasan buatan telah menjadi impian manusia sejak abad ke-5 SM
Suatu ketika, Hephaestus diminta oleh Zeus untuk memberikan hadiah kepada putranya Minos yang menjadi raja pulau Kreta. Belakangan, Hephaestus menciptakan klon manusia perunggu bergerak bernama Talos.
Talos bukanlah besi biasa. Hephaestus telah memberinya kecerdasan buatan, sehingga dia bisa bergerak, berbicara, berekspresi, dan bertarung. Berkat kemampuannya ini dia diprogram untuk menjaga pulau Kreta setiap saat.
Mengutip buku Gods and Robots: Myth, Machines, and Ancient Dreams of Technology (2018), Talos berpatroli di pulau itu tiga kali sehari. Setiap kali kapal musuh mendekat, dia akan melempar batu besar. Jika musuh berhasil mencapai Pulau Kreta, Talos akan mengalahkan dan membakar musuhnya. Upaya ini menjamin keamanan warga setempat.
Chief Executive Tesla Elon Musk berbicara dalam siaran langsung peresmian truk listrik Tesla Semi, di Nevada, AS, (1/12/2022) waktu setempat. (melalui REUTERS/TESLA)
Meski begitu, Talos tidak hanya menjadikan orang asing sebagai musuhnya. Akibat diprogram untuk melindungi pulau Kreta, ia pun mengincar penduduk setempat. Dia sering salah mengartikan ancaman, sehingga dia tidak bisa membedakan antara warga negara dan musuh.
Alhasil, ia kerap salah sasaran hingga membuat warga sekitar berang. Talos awalnya membantu manusia dalam mengamankan, tetapi sekarang lebih merepotkan. Kehidupan manusia tidak bisa bebas. Perilaku ini kemudian membuat seorang penyihir bernama Medeia membuat rencana jahat.
Awalnya, Medeia mencoba memanipulasi Talos dengan mengklaim bahwa roh jahat telah datang ke pulau Kreta. Kabar ini membuat Talos bingung karena musuh tak kunjung datang.
Di saat kebingungan itu, Medeia dengan sengaja mengalahkan Talos. Bagian tubuhnya dilucuti satu per satu. Hingga akhirnya sejarah ‘mesin’ itu berakhir. Masyarakat Kreta dapat beraktivitas tanpa dibayangi oleh Talos.
Kisah di atas merupakan salah satu mitologi atau kumpulan cerita tentang dewa-dewa Yunani Kuno. Kisah Talos didasarkan pada kumpulan puisi berjudul Argonautica oleh Apollonius Rhodius.
Meski mengandung mitos atau legenda, kisah ini menjadi bukti bahwa robot dan AI telah menjadi impian manusia sejak abad ke-5 SM, sekaligus menggambarkan bahwa teknologi tidak selalu membantu atau bahkan membunuh manusia. Kemudian, mimpi ini hanya menjadi kenyataan ketika ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan.
Agar tidak membunuh manusia, robot dan AI pada dasarnya perlu dibarengi dengan solusi keselamatan. Jika dibiarkan, ada kemungkinan manusia akan melakukan tindakan seperti Medeia: menghancurkan kecerdasan buatan yang mereka ciptakan sendiri.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
PHK 10.000 Orang, Amazon Punya Robot Pengganti Manusia