liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
OC Kaligis Beli HP Tak Ada Sinyal, Habibie Harus Turun Tangan

Jakarta, CNBC Indonesia- Pada 17 Februari 1992, Otto Cornelis Kaligis membeli ponsel Motorola TAC 950 setelah melihat iklan di koran. Namun, sebulan setelah pembelian, dia sangat kesal. Ia merasa tertipu dengan iklan tersebut karena ponsel (HP) yang harganya jutaan tidak berfungsi setelah digunakan.

“Kurang dari sebulan handphone sudah tidak bisa berfungsi karena belum dibayar. Bersedia membayar ke PT Elektrindo Nusantara ditolak. Ke mana dia pergi jika dia harus membayar kredit? tulis pengacara kondang itu seperti dikutip Kompas. , 8 Maret 1992.

IKLAN

GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN

Yang dikeluhkan Kaligis mewakili puluhan ribu pengguna ponsel golongan pertama di Indonesia. Mereka menyayangkan HP yang dibeli untuk keperluan pribadi justru merepotkan. Padahal mereka membeli handphone untuk memudahkan komunikasi. Saat itu harga ponsel berkisar antara Rp 6-9 juta. Ini bukan uang yang harus dikeluarkan Rp 400/menit.

Jika ditotal, seseorang bisa merogoh kocek Rp 14 juta jika ingin memiliki ponsel. Besarnya angka ini di tahun 1990-an sungguh menakjubkan. Mahalnya harga itu karena sistem komunikasi saat itu masih analog. Semuanya manual tanpa listrik.

Foto: CC0
Ponsel Motorola MicroTAC

Karena merasa sudah mengeluarkan banyak uang tetapi hasilnya tidak memuaskan, mereka kemudian mengamuk. Mau tidak mau, mereka harus antri lagi menggunakan telepon umum untuk berkomunikasi.

Menyikapi hal tersebut pemerintah mulai bergerak. Jika masih menggunakan sistem analog, bisa dipastikan harga HP masih mahal dan tidak terjangkau oleh kalangan menengah. Apalagi saat itu keberadaan HP semakin memperlebar jurang antara si kaya dan si miskin. Alhasil, Menteri Riset dan Teknologi BJ Habibie ingin HP dimiliki semua orang. Harganya pasti murah.

Pada tanggal 14 Juli 1993 BJ Habibie melalui Telkom sepakat untuk menggunakan teknologi digital Global System for Mobile Communications (GSM). GSM diproyeksikan sebagai standar teknologi seluler Indonesia. Kemudian, untuk mewujudkannya akan dibangun menara pemancar sinyal atau Base Transmitter Station (BTS) yang memfasilitasi komunikasi nirkabel antara perangkat komunikasi dengan jaringan operator.

Melalui pendirian menara BTS, telepon seluler dan jaringan telepon akan lebih merata dan tentunya lebih murah.

“Dibandingkan dengan dua teknologi yang digunakan sebelumnya, NMT-470 dan AMPS900, GSM diprediksi akan lebih baik. Selain sistem yang digunakan tidak lagi analog, GSM digital dapat digunakan untuk sistem komunikasi data keamanan informasi yang tinggi. Selanjutnya, kehadiran GSM membuat masyarakat senang membeli ponsel yang praktis dan bisa roaming internasional. Hal ini memungkinkan pemilik SIM Card GSM bisa menggunakannya di mana saja di dunia asalkan ada kerjasama dengan pemerintah Indonesia,” tulis Wahyudi Akmaliah dalam Mobile Phones, Lifestyle and the Kelas Menengah di Negara Orde Baru.

Setahun kemudian, tepatnya 2 September 1994, Habibie meresmikan pengoperasian menara BTS di Batam. BTS ini sekarang bernama BTM001 Bukit Dangas.

Peresmian ini sekaligus menandai dimulainya penyebaran jaringan telepon di Indonesia. Pengontrol jaringan GSM adalah PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo). Sementara itu, PT Telkom menangani penjualan kartu SIM.

Menurut penuturan Lim dalam Archipelago Online: Internet dan Aktivisme Politik di Indonesia (2005), Habibie langsung menjajal jaringan tersebut dengan berkomunikasi melalui ponsel dengan kartu SIM terpasang.

Keberadaan menara BTS pertama menjadi titik awal perkembangan telekomunikasi di Indonesia. Setelah itu, Telkomsel didirikan sebagai provider yang memberikan layanan kepada pengguna telepon seluler. Kini, Telkomsel menjadi andalan masyarakat di bidang provider telepon.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Berikutnya

Memberikan Percepatan Posisi Presiden G20, Telkomsel Melakukan Ini