Jakarta, CNBC Indonesia – Seorang pengusaha menjadi korban penipuan online melalui perangkat telepon genggamnya. Akibat penipuan ini, seorang pengusaha merugi hampir Rp 3,5 miliar.
Peristiwa yang menimpa Lee (39) terjadi pada Minggu (26/2/2023). Ia mengaku menerima telepon anonim yang mengaku dari Pos Laju.
“Dia hanya menjawab panggilan telepon [selama 14 detik] namun, RM1 juta di rekening banknya benar-benar dicuri darinya,” jelas Michael Kong, Asisten Khusus Pemimpin DAP (Partai Aksi Demokratik) Sarawak, dikutip dari News Sarawak Tribune, Sabtu (11/3/2023).
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Kong menjelaskan bahwa panggilan tersebut meminta Lee untuk kode OTP banknya. Merasa tidak nyaman dengan panggilan itu, ia menutup telepon dan langsung mengecek rekening Maybank miliknya.
“Lee merasa ada yang tidak beres dan menutup telepon. Setelah menelepon, dia memutuskan untuk memeriksa rekeningnya untuk memastikan dia menemukan RM 1 juta telah ditarik dari rekening Maybanknya tanpa seizinnya,” jelasnya.
Dia menambahkan, “Berdasarkan catatan transfer bank online-nya, uang itu ditransfer ke rekening atas nama Celcom Sdn Bhd”.
Dari kejadian itu, ada dua transaksi masing-masing RM 500 ribu. Lee pun langsung menghubungi pihak bank untuk mengadu, melapor ke polisi dan DAP.
Kong mengaku heran bagaimana kejadian ini bisa terjadi meski pelakunya tidak mendapatkan OTP sekalipun. “Pada saat yang sama, bagaimana transfer terjadi ketika tidak ada OTP atau notifikasi yang dikirim ke Lee?”
Menurut Harian Dayak, Lee akhirnya berhasil mendapatkan uang dari bank. Meski begitu, Kong mengaku masih banyak pengguna yang mengalami nasib serupa bahkan belum menerima uangnya kembali.
“Ada banyak pengguna lain yang telah ditipu dan belum menerima pengembalian dana karena uang hasil jerih payah mereka diambil tanpa persetujuan atau izin mereka,” jelasnya.
Mengenai kejadian ini, para ahli mengatakan bahwa klien yang terlibat dalam kasus ini tidak dapat berbuat apa-apa.
Alfons Tanujaya, pakar keamanan siber dari Lilincom, mengatakan melihat kasus tersebut, kemungkinan ada kelemahan pada sistem keamanan bank. Karena tidak ada pencurian OTP dari pelanggan saat itu.
“Kalau melihat kasusnya, ini celah di sistem keamanan bank,” kata Alfons kepada CNBC Indonesia. “Karena tidak ada pencurian OTP, tidak ada informasi transaksi kepada pelanggan.”
Ia juga menambahkan kemungkinan lain ada celah yang dimasuki pelaku. “Kemungkinan pria di tengah menyerang yang memanfaatkan kelemahan dan mengambil alih nomor telepon genggam korban,” katanya.
Namun, Alfons mengatakan harus menunggu investasi dan penjelasan dari pihak bank. Itu terkait dengan bagaimana masalah itu bisa terjadi.
Saat ditanya apa yang bisa dilakukan pelanggan untuk menghindari hal ini, Alfons mengatakan mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Pasalnya, kelemahan dalam hal ini berasal dari sistem perbankan dan komunikasi pemasok.
“Dalam hal ini nasabah tidak bisa berbuat apa-apa karena ini kelemahan sistem bank dan sistem komunikasi pemasok,” ujar Alfons.
[Gambas:Video CNBC]
(pgr/pgr)