Jakarta, CNBC Indonesia – Museum harus menjadi wahana peningkatan pemahaman dan penanaman nilai-nilai murni budaya bangsa di masyarakat.
Melalui keberadaan museum diharapkan masyarakat dapat memahami nilai-nilai murni sejarah bangsa di masa lalu yang dapat diterapkan di masa kini.
Menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) pada tahun 2020, Indonesia memiliki 439 museum yang tersebar di seluruh Indonesia, mayoritas atau 152 museum dimiliki oleh pihak swasta.
Meskipun terdapat banyak museum di Indonesia, minat mengunjungi museum di Indonesia mengalami penurunan, salah satu contohnya adalah DKI Jakarta.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta, jumlah pengunjung menurut jenis museum di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2021 hanya sekitar 119.657 kunjungan.
Jumlah tersebut menurun signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2020 yang mencapai 2.056.897 kunjungan. Jumlah tersebut masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan tahun 2019 yakni sebanyak 11.092.256 kunjungan.
Di Museum Sejarah Jakarta misalnya, sepanjang tahun 2022 tampak terjadi peningkatan jumlah pengunjung menjadi 334.621 orang, dibandingkan sebelumnya sebanyak 51.592 pengunjung pada tahun 2021.
Namun jumlah tersebut masih jauh dibandingkan tahun 2021 yang tercatat sebanyak 714.825 kunjungan. Penurunan ini juga dipengaruhi oleh pandemi COVID-19 yang membatasi kunjungan bahkan menutup beberapa museum di Jakarta.
Selain itu, keberadaan museum seringkali hanya dipandang sebagai tempat menyimpan barang-barang kuno generasi milenial.
Oleh karena itu, museum perlu terus berinovasi guna meningkatkan minat masyarakat dan menjadi salah satu pilihan ruang publik yang edukatif dan inspiratif, khususnya bagi generasi muda generasi penerus.
Henry Aritonang, pakar desain interior yang juga pemilik Creative Interior Service, berpendapat diperlukan pendekatan berbeda agar museum lebih familiar di kalangan anak muda.
“Diperlukan pendekatan yang berbeda untuk mendekatkan museum dengan anak muda. Sebuah museum dapat meningkatkan faktor atmosfernya dengan menekankan nilai kesenangan berkunjung bagi kaum milenial. Anak muda, berpotensi memberikan perspektif baru dan energi segar kepada museum. membutuhkan dan menemukan pentingnya warisan budaya sendiri,” jelas Henry Aritonang.
Henry, yang juga dikenal sebagai kreator digital, mengetahui apa yang sedang digeluti oleh kaum milenial saat ini.
“Kaum muda ingin merasakan bagian dari pameran saat mereka berada di sana, dan pergi dengan perasaan terdidik, terhibur, dan menghasilkan gambar yang bagus dan menarik untuk media sosial mereka,” katanya.
Berpengalaman di bidang desain interior selama lebih dari 14 tahun, Henry melihat dari sisi desain bahwa anak muda tergila-gila dengan desain modern kontemporer, dengan konsep estetik dan instagramable.
Juga bersih, mengoptimalkan ruang agar lebih nyaman serta fleksibel dan berteknologi maju. Desain interior yang menarik dan tepat kemudian dapat mengintegrasikan sejarah penting museum dengan dialog yang lebih terbuka antara ruang interior dan eksterior.
Sehingga desain interior modern kontemporer yang interaktif ini mampu menarik minat para milenial untuk berkunjung ke museum.
“Museum harus berusaha menjadi pusat keingintahuan, inspirasi, dan eksplorasi budaya. Berkolaborasi dengan banyak pihak untuk jam buka yang fleksibel. Berharap untuk melihat teknologi melibatkan audiens dengan cara baru, pengalaman yang lebih personal, dan membuka museum untuk menjadi pusat sosial.” dia menyimpulkan.
[Gambas:Video CNBC]
(merampok/ayh)