liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Langka! Menteri Era Soeharto Ini Hobinya Nyamar

Jakarta, CNBC Indonesia – Perasaan Johannes Baptista Sumarlin campur aduk saat menghadiri pelantikan pengurus Korpri pada Maret 1973. Ketegangan dan kegembiraan bercampur aduk di benaknya. Pasalnya, dia akan ditunjuk langsung sebagai Wakil Sekjen Korpri oleh sosok yang ditemuinya pertama kali, Presiden Soeharto. Sebagai ekonom dan staf Kementerian Keuangan, ini adalah momen berharga.

Saat menyematkan lambang Korpri, Soeharto tiba-tiba mengejek Sumarlin sebagai “cabai rawit kecil”. Sontak Sumarlin kaget karena Soeharto bisa mengenali julukan yang disematkan padanya.

“Saat ini Sumarlin menyadari bahwa Pak Harto sebenarnya memiliki informasi yang cukup detail tentang pejabat tinggi yang bekerja di pemerintahan,” tulis Bondan Winarno dalam JB Sumarlin: Cabe Rawit Lahir di Sawah (2012).

IKLAN

GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN

Khusus untuk Sumarlin, informasi yang didapat presiden bukan sekadar guyonan “cabai rawit kecil”, tapi lebih dari itu. Soeharto tahu pria kelahiran 7 Desember 1932 ini adalah orang yang bijak. Ia adalah anak emas teknokrat Widjojo Nitisastro, dosen Universitas Indonesia, dan telah memimpin berbagai proyek berskala nasional. Karena keahliannya itu, Presiden ingin agar Sumarlin membantunya di kabinet, terutama di bidang ekonomi dan pembangunan.

Sejak 1973, Suharto mempercayakannya sebagai Menteri Negara Pengontrol Aparatur Negara Indonesia (1973-1978), Kepala Bappenas (1983-1988), dan Menteri Keuangan (1988-1993).

Selama menjadi perwira itu, Sumarlin kerap melakukan hal yang tak pernah dilakukan perwira lain saat itu dan bahkan hingga saat ini, yakni menyamar.

Penyamaran ini dilakukan untuk membuktikan kebenaran pengaduan masyarakat terhadap lembaga yang dipimpinnya. Mayoritas pengaduan adalah suap. Banyak orang mengiriminya surat karena dia menjadi korban pemerasan. Sebagai orang yang berintegritas, Sumarlin geram dengan tindakan semacam itu dan ingin membuktikan kebenarannya secara langsung.

Berbeda dengan sekarang, saat itu media komunikasi masih terbatas. Orang tidak tahu siapa pejabat tertinggi negara. Maka, Sumarlin memanfaatkan kesempatan itu untuk menyamar.

Aksi pertamanya dilakukan pada tahun 1974 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Ia mendapat kabar gaji pegawai rumah sakit ditipu oleh pejabat di Kantor Kas Negara (KBN), sehingga tidak mendapatkan gaji penuh. Untuk menjalankan operasi ini, Sumarlin meminta bantuan Menteri Keuangan Ali Wardhana, Kepala Bappenas Widjodjo Nitisastro, dan Kepala RSCM. Dalam skenario itu, Sumarlin diangkat menjadi pegawai RSCM dengan nama samaran Ahmad Sidik.

Pada hari Senin tahun 1974, Sidik dan atasannya, Harta, mendatangi KBN untuk memeras uang gaji para buruh. Sesampainya di KBN, petugas disana marah karena Sidik tidak memberikan uang sesuai permintaan dan terlambat. Rupanya ini bagian dari skenario Sidik alias Sumarlin. Saat emosi petugas memuncak, rombongan Ali Wardhana tiba-tiba datang.

“Sidik buka kerudung dan menghampiri Ali Wardhana. Semua kaget Sidik ternyata Menteri JB Sumarlin,” tulis Bondan. Kasus pertama terungkap.

Sejak kasus ini, Sumarlin mengetahui bahwa korupsi di era Orde Baru sudah mendarah daging. Dan semakin banyak yang ingin melakukan kamuflase untuk selanjutnya. Nama Ahmad Sidik menjadi nama tetap setiap kali Sumarlin menyamar. Selanjutnya ia membidik kantor pajak di Jl. Batutulis, Jakarta Pusat. Alhasil, Sumarlin berhasil mengungkap kasus pungli dan seluruh karyawan yang terlibat ditangkap dan dipecat.

Aksi ketiga dan paling fenomenal terjadi di kantor imigrasi. Saat itu, kantor imigrasi menjadi sarang korupsi. Menyasar masyarakat kelas atas, petugas imigrasi kerap meminta convenience fee setiap ada urusan. Dengan kata lain, setiap meja di komunitas harus memberikan uang. Jika ada 100 meja, maka Anda harus mengeluarkan uang 100 kali lipat.

Upaya Sumarlin menjadi petugas imigrasi bernama Sidik berhasil. Dia menangkap para pekerja koruptor, bahkan menangkap “Ratu Pemerasan”. Semuanya dibongkar dan semua yang terlibat diberi sanksi.

Harian Kompas saat itu menyebut operasi penyamaran Sumarlin efektif sebagai shock therapy bagi pegawai koruptor. Soeharto mengaku bangga dengan hasil kerja anak buahnya. Namun, kita tahu bahwa kesombongan itu bohong. Sebab, kata Peter Carey dalam Korupsi di Lintasan Sejarah Indonesia dari Daendels (1808-1811) hingga Era Reformasi (2017), Soeharto sendiri yang membuat korupsi abadi di Indonesia.

Setelah aksi itu, Sumarlin semakin dipercaya dan menjadi salah satu menteri terbaik di masa Orde Baru. Bahkan, selama menjabat sebagai Menteri Keuangan ia dianugerahi gelar Menteri Keuangan 1989 atau Menteri Keuangan Terbaik Dunia pada 1989. Sumarlin yang meninggal dunia pada 6 Februari 2020, tepat 2 tahun lalu hari ini, menjadi orang Indonesia pertama yang mendapatkan gelar prestisius tersebut.

[Gambas:Video CNBC]

(mfa/mfa)