liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Kisah Sukses Guru Besar Yin Yang Ilmu Kepemimpinan

Jakarta, CNBC Indonesia – Fenomena paradoks telah menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Pada dasarnya paradoks adalah suatu pernyataan yang seolah-olah bertentangan atau berlawanan dengan suatu asumsi umum, tetapi sebenarnya pernyataan tersebut mengandung kebenaran.

Secara umum, kata paradoks sering digunakan dengan kontradiksi, tetapi kontradiksi menurut definisinya tidak tepat. Selain itu, banyak paradoks yang memiliki jawaban, meski belum terselesaikan atau hanya bisa diselesaikan melalui debat terlebih dahulu.

“Paradoks tersebut didasarkan pada persepsi bahwa organisasi dicirikan oleh unsur-unsur yang seringkali bertentangan tetapi saling terkait satu sama lain dan merupakan fakta yang tidak dapat diabaikan.”

IKLAN

GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN

Prof. dr. Mohammad Hamsal, MSE, MQM, MBA, CISCP dalam orasi ilmiah berjudul “Paradox Strategy: Using Both/And Thinking to Lead Business Transformation,” Senin (6/2/2023) di BINUS UNIVERSITY dalam Pengukuhan Guru Besar Tetap Ilmu Manajemen strategis, katanya, strategi paradoks adalah kontradiksi (oposisi) yang dapat diselesaikan, dalam arti memperkaya pemahaman tentang fakta atau memanfaatkan peluang baru, nilai baru atau inovasi.

Hal ini didasarkan pada fenomena ketegangan yang terus muncul antara kebutuhan hari ini dan esok hari (paradoks inovasi), antara integrasi global dan kepentingan lokal (paradoks globalisasi), dan antara misi sosial dan tekanan finansial (paradoks kewajiban).

Unsur kontradiksi yang dianut sebagai salah satu landasan paradoks ini adalah “yin-yang” yang dalam filsafat Cina digunakan untuk menggambarkan bagaimana kutub yang berlawanan saling bergantung satu sama lain. “Yin” mewakili kekuatan feminin dan “yang” mewakili kekuatan maskulin.

Model “yin-yang” menggambarkan kontradiksi dan dualitas secara seimbang, mencerminkan realitas dan kegigihan dalam gerak abadi.

Hal ini menunjukkan bahwa bagian yang berlawanan secara konsisten mengalir dan saling menguatkan. Mengutip dari PwC (2020), Prof. Hamsal menyatakan bahwa ada enam paradoks yang semakin penting untuk dikelola yang menopang kesuksesan seorang pemimpin.

Yang pertama adalah Global Minded Localist yang merupakan Leader yang harus mampu bertindak efektif di pasar lokal dan memiliki koneksi yang baik di seluruh dunia pada saat yang bersamaan.

Ini membutuhkan pemimpin yang tidak berfokus pada sistem kepercayaan dan struktur pasar, serta mampu mengenali bias dan melihat dunia tanpa kehilangan integritas dan keberhasilan pasar lain.

Kedua, Integritas Tinggi dibanding Politik Munafik. Paradoksnya, dalam lingkungan politik, pemimpin bisa kehilangan integritasnya karena fokus pada pemenuhan kebutuhan orang lain dan manajemen politik.

Namun, integritas sangat penting untuk perubahan berkelanjutan dan keterlibatan manusia dalam organisasi.
Ketiga, Rendah Hati Terhadap Pahlawan yang Sombong. Paradoksnya, dalam situasi kritis, pemimpin harus tampil seperti pahlawan, tetapi juga harus menerima saran dan meminta bantuan.

Memiliki kemampuan mengelola paradoks sangat penting untuk membuat keputusan yang bijak dan mengatasi kegagalan, sehingga bawahan menghormati pemimpin sebagai atasan yang baik.

Keempat, Implementasi Strategis. Paradoksnya orang cenderung lebih memperhatikan strategi atau eksekusi. Pemimpin harus mampu mengartikulasikan strategi, memahami bagaimana mengembangkannya, dan mengeksekusinya dengan baik.

Ini membutuhkan kemampuan untuk menentukan momen strategis dan menyelesaikan masalah hari ini dengan memikirkan hari esok. Yang kelima adalah Humanis yang paham teknologi. Paradoksnya adalah keterampilan teknis dan pemahaman tentang aspek manusia seringkali bertentangan. Banyak orang yang kuat dalam teknologi tidak memahami dampaknya terhadap manusia, dan sebaliknya, para pemimpin juga harus memahami dampak teknologi terhadap bisnis dan tenaga kerja.

Peran pemimpin adalah menyeimbangkan keduanya untuk memastikan keberhasilan bisnis dan masa depan yang lebih baik bagi bawahannya.
Keenam adalah paradoks Inovator Tradisional Pemimpin harus menemukan keseimbangan antara mempertahankan apa yang sudah baik dalam bisnis dan membuka peluang untuk inovasi baru yang relevan.

Hal ini membutuhkan kemampuan untuk menghargai masa lalu dan memutuskan apa yang perlu dilakukan ke depan, serta keberanian untuk mencoba hal baru. Pemimpin harus mampu menentukan kapan melestarikan masa lalu dan kapan mengembangkan inovasi baru yang selaras dengan perkembangan zaman.
Sebagai penutup, Prof. Hamsal mengatakan, kegiatan penelitian di bidang manajemen strategis dan kerjasama industri akan terus didorong dan didukung oleh industri dan lembaga pemerintah hingga mencapai tingkat global.

“Sungguh membanggakan, Prof. Hamsal akan berkontribusi lebih untuk mewujudkan visi Nurturing & Empowering. Semoga makin banyak karya, ide untuk BINUSIAN, BINUS, dan Masyarakat Indonesia,” ujar Prof. Harjanto.

Prof. Hamsal memiliki keahlian dalam topik ketangkasan strategis, keunggulan kompetitif, strategi perusahaan dan bisnis, ekosistem digital, manajemen operasi, serta logistik dan manajemen rantai pasokan.

Pada masa ini Prof . Hamsal terdaftar sebagai Anggota Fakultas di BINUS UNIVERSITY BUSINESS SCHOOL Doctorate in Management Research.

“Pencapaian ini saya persembahkan untuk institusi yaitu BINUS UNIVERSITY. Indonesia ke depan membutuhkan pemimpin yang mampu mengelola paradoks dengan baik, karena kita adalah negara majemuk dengan latar belakang sosial yang berbeda. guru dan dosen yang telah membentuk saya menjadi diri saya yang sekarang. Saya ingin menularkannya kepada generasi muda pendidik agar mereka juga bisa berdampak bagi orang lain.” bertemu Prof. Hamsal.

[Gambas:Video CNBC]

(Mentari Puspadini/ayh)