Jakarta, CNBC Indonesia – CEO TikTok Shou Zi Chew menjadi sorotan karena sosoknya berusaha keras untuk meyakinkan perwakilan AS di Washington DC bahwa dia bukan orang China.
Hal itu terjadi dalam kesaksiannya di hadapan kongres AS saat ia berbagi cerita tentang latar belakang kehidupan pribadinya. Dia mengaku lahir
Singapura. Ia pun mengaku memiliki istri asal Virginia, Amerika Serikat.
Pengakuan latar belakang dan tempat lahirnya serta negara tempat dia dan keluarganya tinggal sekaligus menegaskan kepada anggota kongres bahwa dia bukan warga negara China.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Sayangnya, pengakuan Chew tak mengubah persepsi kongres AS. Kongres terus menekan Chew untuk mengungkapkan hubungan TikTok dengan China melalui perusahaan induknya, ByteDance. Sebelum diakuisisi oleh ByteDance, TikTok adalah perusahaan berbasis di AS bernama Musica.ly.
Dikutip CNBC International, Chew juga membantah laporan bahwa TikTok mengizinkan Partai Komunis China mengakses data penggunanya. Selain itu, dia mengonfirmasi bahwa CEO ByteDance Liang Rubo bukan anggota Partai Komunis Tiongkok.
Mengenai keterkaitan karyawan TikTok lainnya dengan Partai Komunis China, Chew menyatakan bahwa perusahaan tidak memiliki kebijakan yang mewajibkan setiap karyawannya memiliki afiliasi politik.
Anggota kongres AS juga mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap undang-undang China yang menyatakan bahwa pejabat pemerintah dapat mengakses data perusahaan untuk alasan keamanan nasional.
“Kami tidak percaya TikTok akan sepenuhnya mematuhi nilai-nilai Amerika, yaitu kebebasan, hak asasi manusia, dan inovasi,” kata co-chair Cathy McMorris, ketua Komite Energi dan Perdagangan DPR AS.
Sementara itu, anggota DPR AS lainnya, Darren Soto, bahkan secara terbuka menyatakan bahwa TikTok harus menjadi perusahaan Amerika. “TikTok harus menjadi perusahaan Amerika dengan nilai-nilai Amerika dan mengakhiri hubungannya dengan Partai Komunis Tiongkok.
AS sendiri saat ini masih mendorong divestasi saham di TikTok. Pemerintah dan Kongres ingin TikTok segera mengalihkan kepemilikan perusahaan media sosial tersebut kepada investor di luar China. AS mengancam jika penjualan gagal, aplikasi TikTok akan diblokir selamanya di Negeri Paman Sam itu.
Masalah dengan TikTok ini sudah berlangsung sejak zaman Presiden Trump. Saat itu, ia menilai TikTok berbahaya bagi keamanan nasional AS karena media sosial asal China ini diduga menarik banyak data warga AS.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Pecandu narkoba, Amerika mengontrol ketat Instagram-Facebook-TikTok
(ha ha)