liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Ini Langkah Fintech Tekan Kredit Macet, Data Center hingga AI

Jakarta, CNBC Indonesia – Industri fintech lending mengalami peningkatan kredit macet. Asosiasi Fintech Reksa Dana Indonesia (AFPI) melakukan analisis melalui kajian internet mengenai dampak kredit macet terhadap industri.

“API saat ini sedang menganalisa melalui kajian internal, apakah beberapa platform dengan NPL tinggi mempengaruhi industri secara keseluruhan alias ada efek Pareto atau tidak,” ujar Ketua Klaster Multiguna AFPI yang juga Chief Executive Officer Maucash, Rina Aprana dalam keterangan resminya, Selasa (13/12/2022).

Ia menjelaskan, AFPI melakukan kajian dengan menggunakan data yang dikumpulkan dari infrastruktur fintech data center (FDC). Hal ini bertujuan untuk melihat apakah kredit macet disebabkan oleh kesalahan platform atau segmen peminjam dalam industri tertentu yang harus dibenahi.

IKLAN

GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN

Kemudian dari hasil analisis tersebut, Rina menjelaskan bahwa AFPI akan memberikan masukan kepada pihak penyelenggara. “Misalnya harus ada penerimaan risiko yang lebih ketat, atau harus ada restrukturisasi peminjam tertentu,” jelasnya.

AFPI juga sedang menjajaki kolaborasi antara perusahaan asuransi dan penyedia pinjaman tekfin. Rina menjelaskan hal tersebut karena melihat tidak semua platform PR bisa menggunakan proteksi untuk setiap transaksi.

“Selain itu, AFPI juga sedang mempelajari kemungkinan kerja sama antara perusahaan asuransi dan masing-masing penyedia pinjaman fintech, karena asosiasi melihat bahwa tidak semua platform dapat menerapkan perlindungan pada setiap transaksi.

Rina juga menyampaikan beberapa harapan dan upaya yang dilakukan AFPI demi menjaga kualitas kredit dari platform-platform yang tergabung. Termasuk mengembangkan Fintech Data Center (FDC), di mana data penyedia pinjaman fintech terintegrasi satu sama lain.

“FDC ini digunakan untuk mencegah penipuan, kelebihan pinjaman dimana peminjam meminjam dari banyak penyedia fintech pinjaman, untuk mengetahui status pinjaman saat ini,” kata Rina.

“Hal ini membantu platform fintech loan untuk mempertimbangkan kembali dalam menyetujui pengajuan pinjaman dari peminjam yang memiliki catatan pembayaran yang kurang baik. Dengan adanya proses electronic know your customer (e-KYC) diharapkan dapat mengurangi tingkat penipuan atau fraud yang terjadi di masyarakat. Sehingga dapat mengurangi potensi kredit macet atau TWP90”.

Hal lain yang dilakukan AFPI adalah menyediakan algoritme kecerdasan buatan (AI). AI digunakan untuk meningkatkan kualitas credit scoring atau penilaian kredit, untuk mengukur risiko kredit calon debitur yang sebelumnya tidak memiliki riwayat kredit.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Berikutnya

OJK Perkuat Regulasi Fintech, Percepatan Bisnis Ready Loan

(kata benda)