Jakarta, CNBC Indonesia – Pabrikan ponsel China kini tak hanya fokus pada produksi ponsel murah. Belakangan ini, banyak ponsel premium China yang diluncurkan di pasaran dengan spesifikasi tinggi.
Salah satunya adalah Xiaomi yang baru saja meluncurkan jajaran Xiaomi 13 dan 13 Pro. Produsen dengan percaya diri menetapkan harga hingga US$1.000.
Pada perhelatan MWC 2023 baru-baru ini, Oppo dan Honor juga menghadirkan ponsel lipat yang ditujukan untuk kelas atas.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Tampaknya Apple dan Samsung yang selama ini mendominasi pasar barang mewah harus berhati-hati. Pabrikan ponsel China yang selama ini belum menjadi penantang akan segera meramaikan persaingan flagship.
“Banyak perusahaan seperti Oppo, Xiaomi, OnePlus, Vivo, Realme dan lainnya bersemangat untuk melenturkan otot mereka saat mencoba mendapatkan tempat di pasar dengan Apple dan Samsung yang semakin mendominasi penjualan di seluruh dunia,” kata Ben Wood, Kepala Riset di CCS. Insight, dikutip dari CNBC International, Rabu (8/3/2023).
Mengapa pabrik-pabrik Cina mengubah strategi mereka ke ponsel premium
Pergeseran pasar dari perusahaan China terjadi setelah pengapalan di pasar smartphone tahun lalu mencapai level terendah sejak 2013. Namun pangsa ponsel kelas atas dengan harga lebih dari US$800 naik dari 11% pada 2020 menjadi 18% pada 2022. Apple dan Samsung mendominasi pasar.
Namun, peluangnya sangat tinggi karena vendor China berusaha meningkatkan margin.
Wood mengatakan ada dorongan untuk pasar premium yang memerintahkan harga jual yang lebih tinggi dan margin rata-rata.
Dorongan untuk ponsel kelas atas juga bertepatan dengan pembukaan kembali China setelah negara itu mencabut aturan pencegahan Covid yang ketat pada bulan Desember. Hal ini memudahkan para eksekutif, banyak di antaranya telah terjebak di China sejak awal 2020, untuk bepergian ke luar negeri.
Dan itu juga bertepatan dengan dorongan baru dari perusahaan China untuk memperluas jangkauan global mereka. Pada tahun 2022, pangsa pasar pembuat smartphone Cina Realme, Oppo dan Xiaomi akan menurun di Eropa, sementara Apple dan Samsung relatif stabil. Perusahaan-perusahaan China berharap untuk mengubahnya sekarang karena ekonomi domestik telah dibuka kembali.
“Pelonggaran sanksi adalah ‘reboot’ bagi perusahaan yang memproduksi dan mengekspor ke pelanggan global untuk bertemu langsung dan memperluas hubungan dan peluang bisnis,” kata Neil Shah, partner di Counterpoint Research.
“Jadi selama 12 bulan ke depan kita akan terus melihat lonjakan bisnis China serta turis berbondong-bondong ke luar China yang akan meningkatkan strategi global mereka.”
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Xiaomi 13 punya spek seram, mirip iPhone 14 Pro
(tiba)