liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138
Diblokir China, eks Pejabat JD.com Tetap Mau Bikin ChatGPT

Jakarta, CNBC Indonesia – Secanggih apapun teknologi kecerdasan buatan atau AI, daya komputasinya masih lebih rendah dari otak manusia.

Untuk itu, para ilmuwan menemukan langkah revolusioner untuk memajukan industri komputasi, yaitu dengan kecerdasan organoid (OI). Singkatnya, OI adalah ‘otak’ manusia yang tumbuh di laboratorium, berfungsi sebagai perangkat keras biologis.

“Bidang biokomputasi baru ini menjanjikan kemajuan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam kecepatan komputasi, kekuatan pemrosesan, efisiensi data, dan kemampuan penyimpanan – semuanya dengan kebutuhan energi yang lebih rendah,” kata para peneliti dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Frontiers in Science.

IKLAN

GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN

Teknologi AI sendiri sudah lama terinspirasi dari otak manusia. Pendekatan yang dilakukan terbukti berhasil, AI memiliki pencapaian yang mengesankan. Mulai dari mendiagnosis kondisi medis hingga menulis puisi, seperti yang dilakukan chatbot ChatGPT. Namun, kemampuan belajarnya disebut tidak mampu mengalahkan otak manusia.

Kecerdasan Organoid (OI) Apa yang Akan Menggantikan AI?

“Kami menyebut bidang interdisipliner baru ini ‘kecerdasan organoid’ (OI),” kata Prof Thomas Hartung dari Universitas Johns Hopkins, dikutip dari Psypost, Senin (6/3/2023).

Dia dan komunitas ilmuwan telah bekerja sama untuk mengembangkan teknologi OI, yang mereka yakini akan mengantarkan era baru biokomputer yang cepat, kuat, dan efisien.

Organoid otak adalah jenis kultur sel yang ditanam di laboratorium. Meskipun organoid otak bukan ‘otak mini’, mereka berbagi aspek kunci dari fungsi dan struktur otak seperti neuron dan sel otak lainnya yang penting untuk fungsi kognitif seperti pembelajaran dan memori.

Menurut para ilmuwan, meskipun sebagian besar kultur sel berbentuk datar, organoid memiliki struktur tiga dimensi. Ini meningkatkan kepadatan sel kultur 1.000 kali lipat, yang berarti neuron dapat membentuk lebih banyak koneksi.

“Meskipun komputer berbasis silikon tentu lebih baik dengan angka, otak lebih baik dalam belajar,” jelas Hartung.

“Misalnya, AlphaGo [AI yang mengalahkan pemain Go nomor satu dunia pada tahun 2017] dilatih pada data dari 160.000 game. Seseorang harus bermain lima jam sehari selama lebih dari 175 tahun untuk mengalami banyak permainan ini.”

Menurutnya otak siswa tidak hanya unggul, tetapi juga lebih hemat energi. Misalnya, jumlah energi yang dihabiskan untuk melatih AlphaGo lebih dari yang dibutuhkan untuk membuat orang dewasa tetap aktif selama satu dekade.

Otak juga memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menyimpan informasi, diperkirakan mencapai 2.500TB.

“Kami mencapai batas fisik komputer silikon karena kami tidak dapat mengemas lebih banyak transistor dalam sebuah chip kecil,” katanya

Secara paralel, penulis juga mengembangkan teknologi untuk berkomunikasi dengan organoid. Dengan kata lain, mengirimkan informasi dan membaca apa yang mereka ‘pikirkan’.

Para penulis berencana untuk mengadaptasi alat dari berbagai disiplin ilmu, seperti bioteknologi dan pembelajaran mesin, dan merekayasa perangkat stimulasi dan perekam baru.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Berikutnya

Jangan Percaya Kata Manis Pria, ChatGPT Bisa Dibuat!

(tiba)