Jakarta, CNBC Indonesia – Hebatnya, di tahun 2022, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) berhasil membukukan laba bersih Rp 50 triliun secara grup. Pencapaian ini meningkat sebesar 67,15% dibandingkan tahun sebelumnya.
Apa penyebab laba BRI melonjak tahun lalu?
Direktur Utama BRI, Sunarso mengatakan, penyebab terbesar kenaikan laba bersih BRI adalah transformasi besar-besaran yang dilakukan BRI.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
“Maka dalam transformasi ini kami melakukan perhitungan matang dan keberanian untuk menerapkannya,” kata Sunarso lantang di hadapan pemimpin redaksi media massa di Brilliant Club, Jakarta, Rabu (1/3/2022). . .
Keberanian dan perhitungan yang dimaksud Sunarso adalah mengubah dana dengan bunga tinggi, seperti deposito, menjadi dana murah, seperti tabungan. Tindakan yang dilakukan Sunarso dan tim ini menekan biaya dana BRI.
Foto: Wahyu Daniel
BRI
“Selama ini di BRI ada giro dengan bunga deposito. Ini yang kita ubah, dan itu semua butuh keberanian,” kata Sunarso. “Jadi perlu keberanian. Dana deposito Rp 128 triliun ‘dibuang’. Ini dilakukan dengan perhitungan yang matang dan keberanian,” imbuhnya.
Dalam data yang dipaparkan Sunarso, aksi beraninya menyebabkan cost of fund BRI turun menjadi 1,8% pada 2022, dari 2% tahun sebelumnya. Kemudian angka Current Account Saving Account (CASA) yang merupakan dana murah bank dari tabungan dan giro akan meningkat menjadi 66,7% pada tahun 2022, dari 63,1% tahun sebelumnya.
Tingkat efisiensi BRI juga semakin membaik, tercermin dari rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang turun menjadi 69,1%. Biaya kredit BRI tercatat turun menjadi 2,55% di tahun 2022, dari 3,78% di tahun sebelumnya.
Foto: Wahyu Daniel
BRI
“Kehati-hatian dan perhitungan itu penting. Bukan untuk memelihara dana yang mahal, sementara dana tersebut saat ini tidak dibutuhkan untuk pinjaman. Dulu, biaya dana BRI di kisaran 4-5%,” tegas Sunarso.
Pengurangan cost of fund ini, kata Sunarso, menghasilkan efisiensi sekitar Rp 20 triliun dan masuk dalam nilai laba luar biasa BRI pada 2022.
Itu adalah transformasi yang dilakukan dengan perhitungan yang jelas dan dieksekusi dengan brilian, kata Sunarso dengan bangga.
Memimpin BRI sejak 2019, kata Sunarso, transformasi yang dilakukan BRI belakangan ini adalah pengembangan teknologi digital. Transformasi digital ini, kata Sunarso, telah menekan biaya overhead BRI.
“Kami tidak melakukan PHK, tidak memotong remunerasi dan gaji. Tapi kami meningkatkan produktivitas melalui teknologi,” ujarnya.
Kekuatan digital ini bahkan memperkuat mesin bisnis BRI. Persetujuan kredit saat ini dapat dilakukan hanya dalam 2 hari. “Melalui teknologi BRIspot, kredit mikro yang dulu hanya 2 minggu, kini hanya 2 hari,” ujarnya.
Bahkan Sunarso berani mengklaim, melalui teknologi digital yang diterapkan, BRI menjadi satu-satunya bank di dunia yang mampu menyalurkan kredit mikro minimal Rp 1 triliun sehari.
Tidak hanya itu, pendapatan mesin BRI dari pendapatan non bunga juga meningkat. Hal ini terlihat dari data fee income yang mencapai double digit share dari total pendapatan BRI, atau tepatnya 11,37% atau secara nominal Rp 18,8 triliun.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Program Kewirausahaan Telkom Optimalkan Peluang UMKM
(kami/wur)